Pastinet – Kemampuan kecerdasan buatan (AI) dalam memanipulasi foto sering kali membingungkan orang-orang, sehingga sulit membedakan antara foto yang asli dan yang palsu. Bagaimana sebenarnya cara untuk menghindari hal tersebut? Dalam artikel ini, kami akan membahas beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengenali dan menghindari foto rekayasa AI, agar kita tidak terjebak oleh kebohongan visual.
1. Kembali ke Sumber Foto
Salah satu cara yang penting adalah mencari tahu sumber foto aslinya ketika diunggah di internet. Dalam beberapa kasus, pembuat foto mungkin mengakui bahwa foto tersebut dibuat menggunakan AI dan mereka juga akan menunjukkan alat yang digunakan.
Anda dapat mencoba melakukan pencarian gambar terbalik atau reverse image untuk melihat apakah foto tersebut sudah ada di indeks mesin pencari dan menemukan unggahan lama dengan foto yang sama.
Metode ini sangat efektif ketika digunakan untuk menemukan foto yang diduga menunjukkan situasi kontroversial, misalnya pertengkaran antara Donald Trump dan petugas polisi yang menangkapnya.
Jika Anda tidak dapat menemukan sumber foto aslinya, dengan menggunakan pencarian gambar terbalik, Anda mungkin dapat menemukan versi foto yang lebih baik kualitasnya jika foto tersebut telah dipotong atau dimodifikasi saat dibagikan. Foto yang lebih jelas dan tajam akan lebih mudah dianalisis untuk melihat kemungkinan adanya manipulasi.
2. Petunjuk Visual: Watermark
Meskipun Anda mungkin tidak mengetahui sumber foto, ada petunjuk visual lain yang dapat Anda perhatikan untuk menganalisis keaslian foto tersebut. Kadang-kadang terdapat petunjuk tersembunyi di dalam foto, seperti watermark atau tanda air, yang digunakan oleh beberapa AI.
Sebagai contoh, DALL-E seringkali menampilkan bilah warna-warni di bagian kanan bawah foto, sedangkan Crayion seringkali menambahkan pensil merah kecil di tempat yang sama.
Namun, tidak semua foto yang dihasilkan oleh AI memiliki watermark, dan tanda tersebut bisa dihapus, dipotong, atau disembunyikan. Tina Nikoukhah, seorang mahasiswa doktoral yang mempelajari pemrosesan foto di ENS Paris-Saclay University, mengatakan bahwa jika Anda ragu, Anda bisa memeriksa butiran atau grain pada foto. Biasanya, grain pada foto yang dihasilkan oleh AI akan berbeda dengan grain pada foto aslinya.
3. Inkonsistensi Visual
Meskipun kemajuan AI dalam menghasilkan gambar semakin pesat, namun masih sering terjadi kesalahan dalam konten yang dihasilkannya. Hal ini dapat menjadi cara yang efektif untuk mengenali foto palsu. “Beberapa karakteristik, yang sering kali sama, dapat menimbulkan masalah bagi AI.
Ketidakkonsistenan dan artefak adalah hal-hal yang harus diperhatikan dengan cermat, seperti bermain mencari perbedaan,” kata Terrasi dari Draft & Goal.
Namun, Verdoliva dari Frederick II University of Naples juga memperingatkan bahwa metode moderasi terus berkembang dari waktu ke waktu, sehingga semakin sedikit artefak dan inkonsistensi visual yang muncul. Oleh karena itu, metode ini mungkin tidak dapat diandalkan dalam jangka panjang.
Baca Lagi : Memasuki Revolusi Baru Dalam Dunia Edit Foto Dengan Photoshop AI
4. Periksa Latar Belakang Foto
Salah satu cara yang baik untuk mengenali anomali dalam foto adalah dengan memperhatikan latar belakang foto. Meskipun pada pandangan pertama foto tersebut tampak normal, foto yang dihasilkan oleh AI seringkali menampilkan kesalahan pada latar belakangnya.
“Semakin jauh suatu elemen dari objek utama, semakin banyak objek yang menjadi kabur, terdistorsi, dan memiliki perspektif yang salah,” kata Terrasi.
Sebagai contoh, dalam foto palsu pertemuan antara Xi dan Putin, garis pada kolom tidak lurus dan kepala Putin terlihat tidak proporsional dibandingkan dengan bagian tubuhnya yang lain. Hal ini menjadi salah satu indikasi adanya ketidakkonsistenan dalam gambar yang dihasilkan oleh AI.
Dalam era di mana manipulasi foto palsu AI semakin canggih, penting bagi kita untuk menjadi cerdas dalam mengenali foto rekayasa AI. Dengan menggunakan langkah-langkah yang telah disebutkan di atas, kita dapat meminimalkan risiko terjebak oleh foto palsu dan menghindari penyebaran informasi yang salah.