Sistem Turnitin: Mengatasi Plagiarisme dalam Tulisan Berbasis AI

Infopedia156 views

Pastinet Teknologi kecerdasan buatan (AI) kini semakin populer digunakan oleh berbagai kalangan, termasuk ChatGPT. Generative Pre-trained Transformer ini mampu menghasilkan percakapan atau tulisan yang mirip dengan bahasa manusia. Namun, kecanggihan teknologi AI seperti ChatGPT ini juga dapat menimbulkan risiko plagiarisme, terutama dalam konteks pendidikan.

Untuk mengatasi risiko plagiarisme yang diakibatkan oleh teknologi AI, Turnitin, perusahaan yang bergerak dalam pencegahan plagiarisme, telah meluncurkan sebuah sistem pendeteksi tulisan berbasis AI.

Sistem pendeteksi AI dari Turnitin memiliki akurasi mencapai 98 persen. Menurut Regional Vice-President Turnitin untuk area Asia Pasifik, James Thorley, tingkat akurasi 100 persen tidak akan mungkin tercapai karena perbedaan prediktabilitas kata dalam tulisan yang dihasilkan oleh AI dan manusia.

Baca juga :  Pengertian dan Peranan ChatGPT Dalam Kehidupan Umat Manusia

 

Dalam sistem yang dikembangkan oleh Turnitin, cara kerja Turnitin yakni mendeteksi kehadiran AI dalam setiap kalimat dalam sebuah tulisan. Turnitin memberikan skor antara 0 hingga 1 untuk menunjukkan sejauh mana tulisan tersebut dibuat oleh AI.

“Kami menganalisis setiap kalimat dengan mempertimbangkan blok yang ada. Kami harus yakin dengan blok yang terkait dalam setiap kalimat,” ungkap James.

Baca juga :  Rekomendasi Aplikasi Video Call Gratis Terbaik

 

Turnitin menganalisis setiap kalimat dalam sebuah tulisan dan memberikan skor antara 0 hingga 1 dalam segi kecenderungan bahwa suatu tulisan dibuat oleh AI. Sistem deteksi AI dari Turnitin telah dioptimalkan hingga ChatGPT 3.5 dan mereka sedang melakukan banyak pengujian terhadap versi ChatGPT 4.

Namun, James juga menegaskan bahwa cara kerja Turnitin tidak hanya bekerja untuk ChatGPT saja, melainkan juga dapat diaplikasikan pada model AI lainnya. Turnitin berkomitmen untuk terus mengembangkan sistem pendeteksi tulisan berbasis AI agar dapat mengatasi risiko plagiarisme yang diakibatkan oleh teknologi AI.

Ia menekankan bahwa sistem deteksi AI Turnitin bukan berarti tidak berfungsi untuk jenis AI penghasil tulisan lainnya. “Kami akan berusaha yang terbaik untuk menjadikan sistem kami berlaku untuk model AI lainnya, sambil terus mengembangkan dan memperbarui sistem kami,” ujar James.

Dalam upaya mencegah plagiarisme, pengguna teknologi AI seperti ChatGPT dan model AI lainnya diharapkan dapat menggunakan sistem pendeteksi tulisan berbasis AI dari Turnitin untuk memastikan keaslian tulisan mereka.

Dengan adanya sistem pendeteksi tulisan berbasis AI, risiko plagiarisme dari teknologi AI dapat diminimalisir dan keaslian tulisan dapat terjaga dengan baik.